Pada awalnya Pluto merupakan planet ke sembilan dalam tata surya. Dengan kemajuan teknologi definisi planet mengalami perubahan dan Pluto tidak dimasukkan sebagai planet karena tidak masuk kriteria definisi yang baru. Akhirnya Plato hanya dianggap sebagai planet katai.Pluto telah dikeluarkan dari statusnya sebagai planet sejak keluar ketentuan International Astronomical Union (IAU) tentang syarat-syarat benda langit agar bisa dikategorikan sebagai planet.
Beberapa syaratnya adalah mengorbit bintang tertentu, mempunyai massa yang cukup untuk memiliki gravitasi sendiri, tidak terlalu besar sehingga dapat menyebabkan fusi termonuklir serta telah mengosongkan orbit sehingga tidak ditempati oleh benda langit lain yang lebih besar. Munculnya ketentuan itu sendiri salah satunya berkaitan dengan penemuan Eris pada tahun 2005. Eris saat itu dikatakan memiliki ukuran yang lebih besar daripada pluto.
Pluto
Pluto yang mempunyai nama resmi 134340 adalah sebuah planet katai atau dwarf planet dalam Tata Surya. Sebelum 24 Agustus 2006, Pluto berstatus sebagai sebuah planet dan setelah pengukuran, merupakan planet terkecil dan terjauh urutan kesembilan dari matahari. Pada 7 September 2006, nama Pluto diganti dengan nomor saja, yaitu 134340. Nama ini diberikan oleh Minor Planet Center (MPC), organisasi resmi yang bertanggung jawab dalam mengumpulkan data tentang asteroid dan komet dalam tata surya kita.
Pada 1978 Pluto diketahui memiliki satelit yang berukuran tidak terlalu kecil darinya bernama Charon (berdiameter 1.196 km). Kemudian ditemukan lagi satelit lainnya, Nix dan Hydra.
Setelah 75 tahun semenjak ditemukan, Pluto masih terbalut misteri. Saat ini wahana nirawak New Horizons telah diluncurkan untuk meneliti Pluto dan diperkirakan akan mendekati Pluto dalam jarak terkecil pada Juli 2015
Statistik
Beberapa syaratnya adalah mengorbit bintang tertentu, mempunyai massa yang cukup untuk memiliki gravitasi sendiri, tidak terlalu besar sehingga dapat menyebabkan fusi termonuklir serta telah mengosongkan orbit sehingga tidak ditempati oleh benda langit lain yang lebih besar. Munculnya ketentuan itu sendiri salah satunya berkaitan dengan penemuan Eris pada tahun 2005. Eris saat itu dikatakan memiliki ukuran yang lebih besar daripada pluto.
Pluto
Pluto yang mempunyai nama resmi 134340 adalah sebuah planet katai atau dwarf planet dalam Tata Surya. Sebelum 24 Agustus 2006, Pluto berstatus sebagai sebuah planet dan setelah pengukuran, merupakan planet terkecil dan terjauh urutan kesembilan dari matahari. Pada 7 September 2006, nama Pluto diganti dengan nomor saja, yaitu 134340. Nama ini diberikan oleh Minor Planet Center (MPC), organisasi resmi yang bertanggung jawab dalam mengumpulkan data tentang asteroid dan komet dalam tata surya kita.
Pada 1978 Pluto diketahui memiliki satelit yang berukuran tidak terlalu kecil darinya bernama Charon (berdiameter 1.196 km). Kemudian ditemukan lagi satelit lainnya, Nix dan Hydra.
Setelah 75 tahun semenjak ditemukan, Pluto masih terbalut misteri. Saat ini wahana nirawak New Horizons telah diluncurkan untuk meneliti Pluto dan diperkirakan akan mendekati Pluto dalam jarak terkecil pada Juli 2015
Statistik
Sejak ditemukan oleh Clyde William Tombaugh, seorang astronom muda di Observatorium Lowell, pada 18 Februari 1930, Pluto kemudian menjadi salah satu anggota dari Tata Surya yang paling jauh letaknya.
Jarak Pluto dengan matahari adalah 5.900,1 juta kilometer. Pluto memiliki diameter yang mencapai 4.862 km dan memiliki massa 0,002 massa Bumi. Periode rotasi Pluto adalah 6,39 hari, sedangkan periode revolusi adalah 248,4 tahun. Bentuk Pluto mirip dengan Bulan dengan atmosfer yang mengandung metan. Suhu permukaan Pluto berkisar -233oCelsius sampai dengan-223o Celsius, sehingga sebagian besar berwujud es.
Status Pluto sebagai planet
Kalau melihat sejarahnya, Pluto sebenarnya ditemukan lantaran adanya teori mengenai planet kesembilan dalam sistem tata surya Bimasakti. Baru kemudian setelah Clyde mampu menunjukkan bukti-bukti nyata dalam penelitiannya, akhirnya Pluto resmi menjadi salah satu planet yang menentukan rotasi galaksi ini.
Pada saat Pluto ditemukan, ia hanya diketahui sebagai satu-satunya objek angkasa yang berada setelah Neptunus. Kemudian, Charon, satelit yang mengelilingi Pluto sempat dikira sebagai planet yang sebenarnya. Akhirnya keberadaan satelit Charon ini semakin menguatkan status Pluto sebagai planet
Akan tetapi, para astronom kemudian menemukan sekitar 1.000 objek kecil lain di belakang Neptunus (disebut objek trans-Neptunus) yang juga mengelilingi Matahari. Di sana mungkin ada sekitar 100.000 objek serupa yang dikenal sebagai objek Sabuk Kuiper (Sabuk Kuiper adalah bagian dari objek-objek trans-Neptunus). Belasan benda langit termasuk dalam Obyek Sabuk Kuiper di antaranya Quaoar (1.250 km pada Juni 2002), Huya (750 km pada Maret 2000), Sedna (1.800 km pada Maret 2004), Orcus, Vesta, Pallas, Hygiea, Varuna, dan 2003 EL61 (1.500 km pada Mei 2004).
Penemuan 2003 EL61 cukup menghebohkan karena Obyek Sabuk Kuiper ini diketahui juga memiliki satelit pada Januari 2005 meskipun berukuran lebih kecil dari Pluto. Dan puncaknya adalah penemuan UB 313 (2.700 km pada Oktober 2003) yang diberi nama oleh penemunya Xena. Selain lebih besar dari Pluto, obyek ini juga memiliki satelit.
Pluto sendiri, dengan orbit memanjangnya yang aneh, memiliki perilaku lebih mirip objek Sabuk Kuiper dibanding sebuah planet, demikian anggapan beberapa astronom. Orbit Pluto yang berbentuk elips tumpang tindih dengan orbit Neptunus. Orbitnya terhadap Matahari juga terlalu melengkung dibandingkan delapan objek yang diklasifikasikan sebagai planet. Pluto juga berukuran amat kecil, bahkan lebih kecil dari Bulan, sehingga terlalu kecil untuk disebut planet.
Setelah Tombaugh wafat tahun 1997, beberapa astronom menyarankan agar International Astronomical Union, sebuah badan yang mengurusi penamaan dan penggolongan benda langit, menurunkan pangkat Pluto bukan lagi sebagai planet. Selain itu beberapa astronom juga tetap ingin menerima Pluto sebagai sebuah planet. Alasannya, Pluto memiliki bentuk bundar seperti planet, sedangkan komet dan asteroid cenderung berbentuk tak beraturan. Pluto juga mempunyai atmosfer dan musim layaknya planet.
Pada 24 Agustus 2006, dalam sebuah pertemuan Persatuan Astronomi Internasional, 3.000 ilmuwan astronomi memutuskan untuk mengubah status Pluto menjadi “planet katai”.
Asal-usul nama
Mengenai masalah ini juga sempat menjadi kontroversi. Karena sempat membuat banyak pihak saling berselisih paham. Banyak yang bilang nama ini berasal dari karakter anjing dalam komik Walt Disney. Kenyataan bahwa komik tersebut memulai debutnya pada tahun yang sama dengan penemuan benda angkasa tersebut oleh manusia dipercaya banyak pihak sebagai salah satu alasannya.
Nama Pluto juga merupakan nama seorang dewa dari kebudayaan Romawi yang menguasai dunia kematian (Hades dalam kebudayaan Yunani). Nama ini diberikan mungkin karena benda angkasa ini sama gelap dan dinginnya dengan dewa tersebut,selain juga misteri yang menyelimutinya.
Ternyata banyak nama lain yang pernah ditolak untuk menamai planet baru tersebut. Salah satunya adalah Minerva, yang berarti dewi ilmu pengetahuan. Alasannya jelas, karena nama tersebut sudah dipergunakan untuk hal yang lain. Lalu ada nama Constante, merujuk pada nama pendiri observatorium tempat Clyde bekerja, Constante Lowell. Namun pemberian nama Lowell juga ditolak secara perlahan-lahan.
Diselimuti misteri
Hingga kini bisa dibilang Pluto adalah salah satu benda angkasa yang paling jarang diteliti manusia. Berbagai alasan menyebabkan berbagai proyek untuk meneliti Pluto terhenti.
Salah satu penelitian yang cukup serius akhirnya digelar juga untuk melihat Pluto, yaitu penelitian pihak AS melalui NASA, yang mengirimkan satu set pesawat tanpa awak untuk mendata daerah permukaan Pluto, karakteristik geografi dan geomorfologi secara global dan mencari data struktur atmosfer yang melingkupi Pluto.
Sebuah ekspedisi yang dinamakan Pluto Express direncanakan mulai meluncur ke angkasa pada Desember 2004 dan direncanakan tiba di Pluto paling lama pada tahun 2008, namun ekspedisi ini akhirnya dibatalkan pada tahun 2000 karena masalah dana dan digantikan sebuah misi baru bernama New Horizons (diluncurkan Januari 2006). Pesawat ini akan melintasi Pluto dan Charon, satelit alaminya, dan kemudian mengirimkan foto-foto ke Bumi. Salah satu studi yang akan dilakukan Horizons mencakup masalah atmosfer yang ada di lapisan satelit Pluto tersebut. New Horizons juga direncanakan akan terbang menuju Sabuk Kuiper.
Hingga kini dipercaya Pluto memiliki sifat atmosfer yang paling asli semenjak memisahkan diri dari matahari. Lapisan atmosfer ini juga dikenal sebagai lapisan paling dingin yang pernah dimasuki sebuah pesawat misi angkasa luar dari bumi
Makin Cerah dan Merah
Planet Pluto kini berubah makin cerah dan merah setelah 248 tahun lamanya berotasi mengelilingi matahari mengubah musim. Badan antariksa Amerika Serikat (NASA) telah mengambil gambar dari teleskop ruang angkasa Hubble yang mengorbit. Gambar itu menunjukkan belahan utara Pluto
tampak lebih cerah dan sekeliling planet itu menjadi merah. “Perubahan-perubahan ini kemungkinan besar konsekuensi dari permukaan es yang meleleh akibat pemanasan matahari dan di sisi lain terjadi pembekuan. Ini juga siklus musiman 248 tahun yang terjadi pada planet terkecil ini,” jelas Institut Ilmu Pengetahuan Teleskop Ruang Angkasa NASA di Baltimore.
Statistik
Sejak ditemukan oleh Clyde William Tombaugh, seorang astronom muda di Observatorium Lowell, pada 18 Februari 1930, Pluto kemudian menjadi salah satu anggota dari Tata Surya yang paling jauh letaknya.
Jarak Pluto dengan matahari adalah 5.900,1 juta kilometer. Pluto memiliki diameter yang mencapai 4.862 km dan memiliki massa 0,002 massa Bumi. Periode rotasi Pluto adalah 6,39 hari, sedangkan periode revolusi adalah 248,4 tahun. Bentuk Pluto mirip dengan Bulan dengan atmosfer yang mengandung metan. Suhu permukaan Pluto berkisar -233oCelsius sampai dengan-223o Celsius, sehingga sebagian besar berwujud es.
Status Pluto sebagai planet
Kalau melihat sejarahnya, Pluto sebenarnya ditemukan lantaran adanya teori mengenai planet kesembilan dalam sistem tata surya Bimasakti.
Baru kemudian setelah Clyde mampu menunjukkan bukti-bukti nyata dalam penelitiannya, akhirnya Pluto resmi menjadi salah satu planet yang menentukan rotasi galaksi ini.
Pada saat Pluto ditemukan, ia hanya diketahui sebagai satu-satunya objek angkasa yang berada setelah Neptunus. Kemudian, Charon, satelit yang mengelilingi Pluto sempat dikira sebagai planet yang sebenarnya. Akhirnya keberadaan satelit Charon ini semakin menguatkan status Pluto sebagai planet
Akan tetapi, para astronom kemudian menemukan sekitar 1.000 objek kecil lain di belakang Neptunus (disebut objek trans-Neptunus) yang juga mengelilingi Matahari. Di sana mungkin ada sekitar 100.000 objek serupa yang dikenal sebagai objek Sabuk Kuiper (Sabuk Kuiper adalah bagian dari objek-objek trans-Neptunus). Belasan benda langit termasuk dalam Obyek Sabuk Kuiper di antaranya Quaoar (1.250 km pada Juni 2002), Huya (750 km pada Maret 2000), Sedna (1.800 km pada Maret 2004), Orcus, Vesta, Pallas, Hygiea, Varuna, dan 2003 EL61 (1.500 km pada Mei 2004).
Penemuan 2003 EL61 cukup menghebohkan karena Obyek Sabuk Kuiper ini diketahui juga memiliki satelit pada Januari 2005 meskipun berukuran lebih kecil dari Pluto. Dan puncaknya adalah penemuan UB 313 (2.700 km pada Oktober 2003) yang diberi nama oleh penemunya Xena. Selain lebih besar dari Pluto, obyek ini juga memiliki satelit.
Pluto sendiri, dengan orbit memanjangnya yang aneh, memiliki perilaku lebih mirip objek Sabuk Kuiper dibanding sebuah planet, demikian anggapan beberapa astronom. Orbit Pluto yang berbentuk elips tumpang tindih dengan orbit Neptunus. Orbitnya terhadap Matahari juga terlalu melengkung dibandingkan delapan objek yang diklasifikasikan sebagai planet. Pluto juga berukuran amat kecil, bahkan lebih kecil dari Bulan, sehingga terlalu kecil untuk disebut planet.
Setelah Tombaugh wafat tahun 1997, beberapa astronom menyarankan agar International Astronomical Union, sebuah badan yang mengurusi penamaan dan penggolongan benda langit, menurunkan pangkat Pluto bukan lagi sebagai planet. Selain itu beberapa astronom juga tetap ingin menerima Pluto sebagai sebuah planet. Alasannya, Pluto memiliki bentuk bundar seperti planet, sedangkan komet dan asteroid cenderung berbentuk tak beraturan. Pluto juga mempunyai atmosfer dan musim layaknya planet.
Pada 24 Agustus 2006, dalam sebuah pertemuan Persatuan Astronomi Internasional, 3.000 ilmuwan astronomi memutuskan untuk mengubah status Pluto menjadi “planet katai”.
Asal-usul nama
Mengenai masalah ini juga sempat menjadi kontroversi. Karena sempat membuat banyak pihak saling berselisih paham. Banyak yang bilang nama ini berasal dari karakter anjing dalam komik Walt Disney. Kenyataan bahwa komik tersebut memulai debutnya pada tahun yang sama dengan penemuan benda angkasa tersebut oleh manusia dipercaya banyak pihak sebagai salah satu alasannya.
Nama Pluto juga merupakan nama seorang dewa dari kebudayaan Romawi yang menguasai dunia kematian (Hades dalam kebudayaan Yunani). Nama ini diberikan mungkin karena benda angkasa ini sama gelap dan dinginnya dengan dewa tersebut,selain juga misteri yang menyelimutinya.
Ternyata banyak nama lain yang pernah ditolak untuk menamai planet baru tersebut. Salah satunya adalah Minerva, yang berarti dewi ilmu pengetahuan. Alasannya jelas, karena nama tersebut sudah dipergunakan untuk hal yang lain. Lalu ada nama Constante, merujuk pada nama pendiri observatorium tempat Clyde bekerja, Constante Lowell. Namun pemberian nama Lowell juga ditolak secara perlahan-lahan.
Diselimuti misteri
Hingga kini bisa dibilang Pluto adalah salah satu benda angkasa yang paling jarang diteliti manusia. Berbagai alasan menyebabkan berbagai proyek untuk meneliti Pluto terhenti.
Salah satu penelitian yang cukup serius akhirnya digelar juga untuk melihat Pluto, yaitu penelitian pihak AS melalui NASA, yang mengirimkan satu set pesawat tanpa awak untuk mendata daerah permukaan Pluto, karakteristik geografi dan geomorfologi secara global dan mencari data struktur atmosfer yang melingkupi Pluto.
Sebuah ekspedisi yang dinamakan Pluto Express direncanakan mulai meluncur ke angkasa pada Desember 2004 dan direncanakan tiba di Pluto paling lama pada tahun 2008, namun ekspedisi ini akhirnya dibatalkan pada tahun 2000 karena masalah dana dan digantikan sebuah misi baru bernama New Horizons (diluncurkan Januari 2006). Pesawat ini akan melintasi Pluto dan Charon, satelit alaminya, dan kemudian mengirimkan foto-foto ke Bumi. Salah satu studi yang akan dilakukan Horizons mencakup masalah atmosfer yang ada di lapisan satelit Pluto tersebut. New Horizons juga direncanakan akan terbang menuju Sabuk Kuiper.
Hingga kini dipercaya Pluto memiliki sifat atmosfer yang paling asli semenjak memisahkan diri dari matahari. Lapisan atmosfer ini juga dikenal sebagai lapisan paling dingin yang pernah dimasuki sebuah pesawat misi angkasa luar dari bumi
Survey Pluto Jadi Planet Lagi
Setelah kurang lebih 4 tahun Pluto tak menjadi planet lagi, kini perdebatan tentang status Pluto sebagai planet kembali menghangat. Situs Space.com menggelar jajak pendapat di websitenya. Jajak pendapat itu bertajuk “Haruskah Status Pluto Sebagai Planet Dikembalikan?” Jajak pendapat itu digelar berkaitan dengan temuan baru tentang planet kerdil Eris baru-baru ini. Para peneliti mengatakan, anggapan bahwa Eris lebih besar dari Pluto mungkin salah, sebab berdasarkan hasil penelitian Pluto mungkin memiliki ukuran yang lebih besar dari Eris.
Para ilmuwan mengatakan hal tersebut setelah mengamati Eris baru-baru ini. Berdasarkan pengamatan itu, panjang okultasi Eris mungkin hanya 2.340 kilometer, lebih kecil dari panjang okultasi Pluto yang sebesar 2.342 kilometer. Artinya, ukuran Pluto mungkin lebih besar.
Sejumlah peneliti dalam publikasi Space.com memiliki tanggapan yang berbeda-beda terhadap pertanyaan pada jajak pendapat tersebut. “Saya menggolongkan pluto sama seperti objek lain di Sabuk Kuiper. saya pikir dia lebih bahagia di sana. Dia punya saudara,” kata Neil deGrasse Tyson, Direktur New York City’s Hayden Planetarium.
Sementara, Alan Stern, ilmuwan dari Southwest Research Institute di Boulder, Colo mengatakan, “Jika anda menuruti persyaratan IAU secara ketat, tak ada benda langit yang bisa dikatakan planet. Tidak ada benda langit yang benar-benar ‘bersih’ orbitnya.”
Orang awam yang mengirim komentar tentang topik ini pun memiliki pendapat yang berbeda. Ada orang yang mengatakan bahwa Pluto tak selayaknya menjadi planet sebab IAU mengatakan hal tersebut berdasarkan massa dan inklinasi orbitnya.
Planet Kerdil Makemake, Pluto dan Eri
Himpunan Astronomi Internasional (IAU) menetapkan nama Makemake untuk planet kerdil yang sebelumnya disebut 2005 FY9. Objek yang termasuk jajaran planet kerdil itu berada di Sabuk Kuiper, daerah orbit yang lebih jauh dari Planet Neptunus.
Makemake adalah salah satu objek yang masuk dalam kelompok baru yang disebut plutoid. Sejak Himpunan Astronomi Internasional (IAU) menetapkan definisi plutoid, Makemake termasuk kelompok ini bersama Pluto dan Eris karena memenuhi ketentuan sebagai objek besar, bulat, dan berada lebih jauh dari Neptunus.
Nama Makemake diambil dari nama dewa kemanusiaan dalam kebudayaan Rapa Nui yang berkembang di Pulau Paskah (Easter Island) di Polynesia. Keterkaitan itu dipilih karena objek tersebut pertama kali dilaporkan oleh Mike Brown dari Institute Teknologi California (Caltech) menjelang Paskah pada tahun 2005.
Makemake adalah planet kerdil pertama yang diberi nama resmi sejak tahun 2006. Planet kerdil adalah istilah untuk objek langit yang tidak masuk dalam jajaran delapan planet besar di Tata Surya. Terakhir kali, IAU memberi nama Eris, dari nama dewi perselisihan dalam mitologi Yunani, untuk objek yang sebelumnya dikenal sebagai 2003 UB313. Setelah Makemake, IAU tengah mempertimbangkan pemberina nama untuk objek yang kini dikenal sebagai 2003 EL61. Meski telah ditemukan sejak tahun 2005, IAU lamban untuk memutuskan karena terjadi silang pendapat mengenai penemunya. Selain Brown, klaim penemuan juga diajukan Jose-Luiz Ortiz dari Institut Astrofisika di Andalusia, Granada, Spanyol.
Sumber : Koran Anak Indonesia
Jarak Pluto dengan matahari adalah 5.900,1 juta kilometer. Pluto memiliki diameter yang mencapai 4.862 km dan memiliki massa 0,002 massa Bumi. Periode rotasi Pluto adalah 6,39 hari, sedangkan periode revolusi adalah 248,4 tahun. Bentuk Pluto mirip dengan Bulan dengan atmosfer yang mengandung metan. Suhu permukaan Pluto berkisar -233oCelsius sampai dengan-223o Celsius, sehingga sebagian besar berwujud es.
Status Pluto sebagai planet
Kalau melihat sejarahnya, Pluto sebenarnya ditemukan lantaran adanya teori mengenai planet kesembilan dalam sistem tata surya Bimasakti. Baru kemudian setelah Clyde mampu menunjukkan bukti-bukti nyata dalam penelitiannya, akhirnya Pluto resmi menjadi salah satu planet yang menentukan rotasi galaksi ini.
Pada saat Pluto ditemukan, ia hanya diketahui sebagai satu-satunya objek angkasa yang berada setelah Neptunus. Kemudian, Charon, satelit yang mengelilingi Pluto sempat dikira sebagai planet yang sebenarnya. Akhirnya keberadaan satelit Charon ini semakin menguatkan status Pluto sebagai planet
Akan tetapi, para astronom kemudian menemukan sekitar 1.000 objek kecil lain di belakang Neptunus (disebut objek trans-Neptunus) yang juga mengelilingi Matahari. Di sana mungkin ada sekitar 100.000 objek serupa yang dikenal sebagai objek Sabuk Kuiper (Sabuk Kuiper adalah bagian dari objek-objek trans-Neptunus). Belasan benda langit termasuk dalam Obyek Sabuk Kuiper di antaranya Quaoar (1.250 km pada Juni 2002), Huya (750 km pada Maret 2000), Sedna (1.800 km pada Maret 2004), Orcus, Vesta, Pallas, Hygiea, Varuna, dan 2003 EL61 (1.500 km pada Mei 2004).
Penemuan 2003 EL61 cukup menghebohkan karena Obyek Sabuk Kuiper ini diketahui juga memiliki satelit pada Januari 2005 meskipun berukuran lebih kecil dari Pluto. Dan puncaknya adalah penemuan UB 313 (2.700 km pada Oktober 2003) yang diberi nama oleh penemunya Xena. Selain lebih besar dari Pluto, obyek ini juga memiliki satelit.
Pluto sendiri, dengan orbit memanjangnya yang aneh, memiliki perilaku lebih mirip objek Sabuk Kuiper dibanding sebuah planet, demikian anggapan beberapa astronom. Orbit Pluto yang berbentuk elips tumpang tindih dengan orbit Neptunus. Orbitnya terhadap Matahari juga terlalu melengkung dibandingkan delapan objek yang diklasifikasikan sebagai planet. Pluto juga berukuran amat kecil, bahkan lebih kecil dari Bulan, sehingga terlalu kecil untuk disebut planet.
Setelah Tombaugh wafat tahun 1997, beberapa astronom menyarankan agar International Astronomical Union, sebuah badan yang mengurusi penamaan dan penggolongan benda langit, menurunkan pangkat Pluto bukan lagi sebagai planet. Selain itu beberapa astronom juga tetap ingin menerima Pluto sebagai sebuah planet. Alasannya, Pluto memiliki bentuk bundar seperti planet, sedangkan komet dan asteroid cenderung berbentuk tak beraturan. Pluto juga mempunyai atmosfer dan musim layaknya planet.
Pada 24 Agustus 2006, dalam sebuah pertemuan Persatuan Astronomi Internasional, 3.000 ilmuwan astronomi memutuskan untuk mengubah status Pluto menjadi “planet katai”.
Asal-usul nama
Mengenai masalah ini juga sempat menjadi kontroversi. Karena sempat membuat banyak pihak saling berselisih paham. Banyak yang bilang nama ini berasal dari karakter anjing dalam komik Walt Disney. Kenyataan bahwa komik tersebut memulai debutnya pada tahun yang sama dengan penemuan benda angkasa tersebut oleh manusia dipercaya banyak pihak sebagai salah satu alasannya.
Nama Pluto juga merupakan nama seorang dewa dari kebudayaan Romawi yang menguasai dunia kematian (Hades dalam kebudayaan Yunani). Nama ini diberikan mungkin karena benda angkasa ini sama gelap dan dinginnya dengan dewa tersebut,selain juga misteri yang menyelimutinya.
Ternyata banyak nama lain yang pernah ditolak untuk menamai planet baru tersebut. Salah satunya adalah Minerva, yang berarti dewi ilmu pengetahuan. Alasannya jelas, karena nama tersebut sudah dipergunakan untuk hal yang lain. Lalu ada nama Constante, merujuk pada nama pendiri observatorium tempat Clyde bekerja, Constante Lowell. Namun pemberian nama Lowell juga ditolak secara perlahan-lahan.
Diselimuti misteri
Hingga kini bisa dibilang Pluto adalah salah satu benda angkasa yang paling jarang diteliti manusia. Berbagai alasan menyebabkan berbagai proyek untuk meneliti Pluto terhenti.
Salah satu penelitian yang cukup serius akhirnya digelar juga untuk melihat Pluto, yaitu penelitian pihak AS melalui NASA, yang mengirimkan satu set pesawat tanpa awak untuk mendata daerah permukaan Pluto, karakteristik geografi dan geomorfologi secara global dan mencari data struktur atmosfer yang melingkupi Pluto.
Sebuah ekspedisi yang dinamakan Pluto Express direncanakan mulai meluncur ke angkasa pada Desember 2004 dan direncanakan tiba di Pluto paling lama pada tahun 2008, namun ekspedisi ini akhirnya dibatalkan pada tahun 2000 karena masalah dana dan digantikan sebuah misi baru bernama New Horizons (diluncurkan Januari 2006). Pesawat ini akan melintasi Pluto dan Charon, satelit alaminya, dan kemudian mengirimkan foto-foto ke Bumi. Salah satu studi yang akan dilakukan Horizons mencakup masalah atmosfer yang ada di lapisan satelit Pluto tersebut. New Horizons juga direncanakan akan terbang menuju Sabuk Kuiper.
Hingga kini dipercaya Pluto memiliki sifat atmosfer yang paling asli semenjak memisahkan diri dari matahari. Lapisan atmosfer ini juga dikenal sebagai lapisan paling dingin yang pernah dimasuki sebuah pesawat misi angkasa luar dari bumi
Makin Cerah dan Merah
Planet Pluto kini berubah makin cerah dan merah setelah 248 tahun lamanya berotasi mengelilingi matahari mengubah musim. Badan antariksa Amerika Serikat (NASA) telah mengambil gambar dari teleskop ruang angkasa Hubble yang mengorbit. Gambar itu menunjukkan belahan utara Pluto
tampak lebih cerah dan sekeliling planet itu menjadi merah. “Perubahan-perubahan ini kemungkinan besar konsekuensi dari permukaan es yang meleleh akibat pemanasan matahari dan di sisi lain terjadi pembekuan. Ini juga siklus musiman 248 tahun yang terjadi pada planet terkecil ini,” jelas Institut Ilmu Pengetahuan Teleskop Ruang Angkasa NASA di Baltimore.
Statistik
Sejak ditemukan oleh Clyde William Tombaugh, seorang astronom muda di Observatorium Lowell, pada 18 Februari 1930, Pluto kemudian menjadi salah satu anggota dari Tata Surya yang paling jauh letaknya.
Jarak Pluto dengan matahari adalah 5.900,1 juta kilometer. Pluto memiliki diameter yang mencapai 4.862 km dan memiliki massa 0,002 massa Bumi. Periode rotasi Pluto adalah 6,39 hari, sedangkan periode revolusi adalah 248,4 tahun. Bentuk Pluto mirip dengan Bulan dengan atmosfer yang mengandung metan. Suhu permukaan Pluto berkisar -233oCelsius sampai dengan-223o Celsius, sehingga sebagian besar berwujud es.
Status Pluto sebagai planet
Kalau melihat sejarahnya, Pluto sebenarnya ditemukan lantaran adanya teori mengenai planet kesembilan dalam sistem tata surya Bimasakti.
Baru kemudian setelah Clyde mampu menunjukkan bukti-bukti nyata dalam penelitiannya, akhirnya Pluto resmi menjadi salah satu planet yang menentukan rotasi galaksi ini.
Pada saat Pluto ditemukan, ia hanya diketahui sebagai satu-satunya objek angkasa yang berada setelah Neptunus. Kemudian, Charon, satelit yang mengelilingi Pluto sempat dikira sebagai planet yang sebenarnya. Akhirnya keberadaan satelit Charon ini semakin menguatkan status Pluto sebagai planet
Akan tetapi, para astronom kemudian menemukan sekitar 1.000 objek kecil lain di belakang Neptunus (disebut objek trans-Neptunus) yang juga mengelilingi Matahari. Di sana mungkin ada sekitar 100.000 objek serupa yang dikenal sebagai objek Sabuk Kuiper (Sabuk Kuiper adalah bagian dari objek-objek trans-Neptunus). Belasan benda langit termasuk dalam Obyek Sabuk Kuiper di antaranya Quaoar (1.250 km pada Juni 2002), Huya (750 km pada Maret 2000), Sedna (1.800 km pada Maret 2004), Orcus, Vesta, Pallas, Hygiea, Varuna, dan 2003 EL61 (1.500 km pada Mei 2004).
Penemuan 2003 EL61 cukup menghebohkan karena Obyek Sabuk Kuiper ini diketahui juga memiliki satelit pada Januari 2005 meskipun berukuran lebih kecil dari Pluto. Dan puncaknya adalah penemuan UB 313 (2.700 km pada Oktober 2003) yang diberi nama oleh penemunya Xena. Selain lebih besar dari Pluto, obyek ini juga memiliki satelit.
Pluto sendiri, dengan orbit memanjangnya yang aneh, memiliki perilaku lebih mirip objek Sabuk Kuiper dibanding sebuah planet, demikian anggapan beberapa astronom. Orbit Pluto yang berbentuk elips tumpang tindih dengan orbit Neptunus. Orbitnya terhadap Matahari juga terlalu melengkung dibandingkan delapan objek yang diklasifikasikan sebagai planet. Pluto juga berukuran amat kecil, bahkan lebih kecil dari Bulan, sehingga terlalu kecil untuk disebut planet.
Setelah Tombaugh wafat tahun 1997, beberapa astronom menyarankan agar International Astronomical Union, sebuah badan yang mengurusi penamaan dan penggolongan benda langit, menurunkan pangkat Pluto bukan lagi sebagai planet. Selain itu beberapa astronom juga tetap ingin menerima Pluto sebagai sebuah planet. Alasannya, Pluto memiliki bentuk bundar seperti planet, sedangkan komet dan asteroid cenderung berbentuk tak beraturan. Pluto juga mempunyai atmosfer dan musim layaknya planet.
Pada 24 Agustus 2006, dalam sebuah pertemuan Persatuan Astronomi Internasional, 3.000 ilmuwan astronomi memutuskan untuk mengubah status Pluto menjadi “planet katai”.
Asal-usul nama
Mengenai masalah ini juga sempat menjadi kontroversi. Karena sempat membuat banyak pihak saling berselisih paham. Banyak yang bilang nama ini berasal dari karakter anjing dalam komik Walt Disney. Kenyataan bahwa komik tersebut memulai debutnya pada tahun yang sama dengan penemuan benda angkasa tersebut oleh manusia dipercaya banyak pihak sebagai salah satu alasannya.
Nama Pluto juga merupakan nama seorang dewa dari kebudayaan Romawi yang menguasai dunia kematian (Hades dalam kebudayaan Yunani). Nama ini diberikan mungkin karena benda angkasa ini sama gelap dan dinginnya dengan dewa tersebut,selain juga misteri yang menyelimutinya.
Ternyata banyak nama lain yang pernah ditolak untuk menamai planet baru tersebut. Salah satunya adalah Minerva, yang berarti dewi ilmu pengetahuan. Alasannya jelas, karena nama tersebut sudah dipergunakan untuk hal yang lain. Lalu ada nama Constante, merujuk pada nama pendiri observatorium tempat Clyde bekerja, Constante Lowell. Namun pemberian nama Lowell juga ditolak secara perlahan-lahan.
Diselimuti misteri
Hingga kini bisa dibilang Pluto adalah salah satu benda angkasa yang paling jarang diteliti manusia. Berbagai alasan menyebabkan berbagai proyek untuk meneliti Pluto terhenti.
Salah satu penelitian yang cukup serius akhirnya digelar juga untuk melihat Pluto, yaitu penelitian pihak AS melalui NASA, yang mengirimkan satu set pesawat tanpa awak untuk mendata daerah permukaan Pluto, karakteristik geografi dan geomorfologi secara global dan mencari data struktur atmosfer yang melingkupi Pluto.
Sebuah ekspedisi yang dinamakan Pluto Express direncanakan mulai meluncur ke angkasa pada Desember 2004 dan direncanakan tiba di Pluto paling lama pada tahun 2008, namun ekspedisi ini akhirnya dibatalkan pada tahun 2000 karena masalah dana dan digantikan sebuah misi baru bernama New Horizons (diluncurkan Januari 2006). Pesawat ini akan melintasi Pluto dan Charon, satelit alaminya, dan kemudian mengirimkan foto-foto ke Bumi. Salah satu studi yang akan dilakukan Horizons mencakup masalah atmosfer yang ada di lapisan satelit Pluto tersebut. New Horizons juga direncanakan akan terbang menuju Sabuk Kuiper.
Hingga kini dipercaya Pluto memiliki sifat atmosfer yang paling asli semenjak memisahkan diri dari matahari. Lapisan atmosfer ini juga dikenal sebagai lapisan paling dingin yang pernah dimasuki sebuah pesawat misi angkasa luar dari bumi
Survey Pluto Jadi Planet Lagi
Setelah kurang lebih 4 tahun Pluto tak menjadi planet lagi, kini perdebatan tentang status Pluto sebagai planet kembali menghangat. Situs Space.com menggelar jajak pendapat di websitenya. Jajak pendapat itu bertajuk “Haruskah Status Pluto Sebagai Planet Dikembalikan?” Jajak pendapat itu digelar berkaitan dengan temuan baru tentang planet kerdil Eris baru-baru ini. Para peneliti mengatakan, anggapan bahwa Eris lebih besar dari Pluto mungkin salah, sebab berdasarkan hasil penelitian Pluto mungkin memiliki ukuran yang lebih besar dari Eris.
Para ilmuwan mengatakan hal tersebut setelah mengamati Eris baru-baru ini. Berdasarkan pengamatan itu, panjang okultasi Eris mungkin hanya 2.340 kilometer, lebih kecil dari panjang okultasi Pluto yang sebesar 2.342 kilometer. Artinya, ukuran Pluto mungkin lebih besar.
Sejumlah peneliti dalam publikasi Space.com memiliki tanggapan yang berbeda-beda terhadap pertanyaan pada jajak pendapat tersebut. “Saya menggolongkan pluto sama seperti objek lain di Sabuk Kuiper. saya pikir dia lebih bahagia di sana. Dia punya saudara,” kata Neil deGrasse Tyson, Direktur New York City’s Hayden Planetarium.
Sementara, Alan Stern, ilmuwan dari Southwest Research Institute di Boulder, Colo mengatakan, “Jika anda menuruti persyaratan IAU secara ketat, tak ada benda langit yang bisa dikatakan planet. Tidak ada benda langit yang benar-benar ‘bersih’ orbitnya.”
Orang awam yang mengirim komentar tentang topik ini pun memiliki pendapat yang berbeda. Ada orang yang mengatakan bahwa Pluto tak selayaknya menjadi planet sebab IAU mengatakan hal tersebut berdasarkan massa dan inklinasi orbitnya.
Planet Kerdil Makemake, Pluto dan Eri
Himpunan Astronomi Internasional (IAU) menetapkan nama Makemake untuk planet kerdil yang sebelumnya disebut 2005 FY9. Objek yang termasuk jajaran planet kerdil itu berada di Sabuk Kuiper, daerah orbit yang lebih jauh dari Planet Neptunus.
Makemake adalah salah satu objek yang masuk dalam kelompok baru yang disebut plutoid. Sejak Himpunan Astronomi Internasional (IAU) menetapkan definisi plutoid, Makemake termasuk kelompok ini bersama Pluto dan Eris karena memenuhi ketentuan sebagai objek besar, bulat, dan berada lebih jauh dari Neptunus.
Nama Makemake diambil dari nama dewa kemanusiaan dalam kebudayaan Rapa Nui yang berkembang di Pulau Paskah (Easter Island) di Polynesia. Keterkaitan itu dipilih karena objek tersebut pertama kali dilaporkan oleh Mike Brown dari Institute Teknologi California (Caltech) menjelang Paskah pada tahun 2005.
Makemake adalah planet kerdil pertama yang diberi nama resmi sejak tahun 2006. Planet kerdil adalah istilah untuk objek langit yang tidak masuk dalam jajaran delapan planet besar di Tata Surya. Terakhir kali, IAU memberi nama Eris, dari nama dewi perselisihan dalam mitologi Yunani, untuk objek yang sebelumnya dikenal sebagai 2003 UB313. Setelah Makemake, IAU tengah mempertimbangkan pemberina nama untuk objek yang kini dikenal sebagai 2003 EL61. Meski telah ditemukan sejak tahun 2005, IAU lamban untuk memutuskan karena terjadi silang pendapat mengenai penemunya. Selain Brown, klaim penemuan juga diajukan Jose-Luiz Ortiz dari Institut Astrofisika di Andalusia, Granada, Spanyol.
Sumber : Koran Anak Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar